Minggu, 28 Agustus 2011

Aida Story Chapter 02 : Road to Malang

Huda masih menyodok vaginaku dalam posisi Doggy Style, desahan-desahan kecil keluar dari mulutku seiring keluar masuknya penis kurusnya di vaginaku. Desahan nafas huda terdengar makin cepat, cengkeraman tangannya semakin kencang di kedua payudaraku.  Tak lama Huda mempererat goyangannya tangannya beralih mencengkeram pinggangku sambil memasukkan penisnya lebih dalam lagi.
“Engggh….” erangku pelan saat merasakan cairan sperma Huda yang hangat memenuhi liang senggamaku.
Ini adalah pertama kalinya Huda menyetubuhiku. Dengan ini, berarti semua pria di kelasku sudah pernah menyetubuhiku, menikmati tubuhku yang kencang ini. Tubuhku tersungkur lemas di lantai kamar Yogi yang dilapisi karpet warna hijau, tanpa bicara sepatah katapun Huda mengambil tissue dan membersihkan ceceran sperma yang menetes di karpet, raut kepuasan terpancar dari wajah kampungannya. Cowok berwajah di bawah standart itu baru saja menikmati tubuhku, seorang gadis yang jadi idola kampus. Malam ini aku terpaksa (lagi) menginap di rumah Yogi, orang tuanya sedang ke rumah neneknya, jadi dia hanya tinggal dengan adik laki-lakinya yang saat ini kelas 2 SMU. Yang mana tanpa sepengetahuan Yogi sendiri, adiknya sering meniduriku kalau Yogi keluar, bahkan pernah mengajak teman-temannya menunggangiku bersamaan. Kupaksakan kaki yang masih lemas untuk mengenakan kembali pakaianku, lalu keluar ke kamar mandi untuk mencuci tubuhku, seusai mandi aku meminum pil anti hamil, seperti malam-malam sebelumnya, untuk antisipasi agar aku tidak hamil jika besok ada yang menyetubuhiku.Huda sudah tidak terlihat lagi di kamar. Hanya Yogi yang dari awal menyaksikan langsung persetubuhanku dengan Huda duduk dan asyik mengedit hasil rekaman persetubuhanku dengan Huda barusan. Aku beranjak naik ke tempat tidur untuk beristirahat,  sebelum aq terlelap dalam tidur, Yogi sempat mengingatkan tentang camping bersama yang akan diadakan 2 hari dari sekarang, bersama anak-anak kelas C. Hanya 2 gadis dari kelas B yang diajak yaitu aku dan Yungky (yang juga telah menjadi budak seks mereka), jadi aku tahu sekali kalau aku akan jadi bahan pertukaran antar kelas.
———————————–
Aida

 Aida Story Ch.02 : Road to Malang
Catur membawakan tas punggungku dan menaruhnya ke dalam bak truk tentara yang akan menjadi sarana transportasi kita ke Malang. Sebenarnya tidak perlu menyewa truk, toh ini hanya camping biasa, bukan OSPEK. Anak-anak kelas C sibuk menaruh barang mereka di truk masing-masing, begitu pula kami. Siswa kelas C ada 55 orang, tapi yang saat ini ikut camping hanya sekitar 20 orang, 15 cowok dan 5 cewek. Sedangkan seluruh cowok kelas kami (kelas B) yang berjumlah 25 orang ikut semua, yang cewek hanya 4 orang, aku, Yungky, Adhelia dari kelas E dan Poppy dari kelas F. Entah bagaimana, tapi sepertinya Taufik dkk telah berhasil membuat mereka menjadi budak seks juga. Di antara pria kelas C ada seseorang yang bernama Agung, yang sering digosipkan menaruh hati padaku, setiap aku melewati kerumunan anak-anak kelas C pasti mereka menyebut nama Agung keras-keras. Agung berperawakan kecil dan pendek, kulitnya tidak terlalu gelap namun bibirnya sedikit monyong, benar=benar bukan seleraku. Dan sepertinya sebentar lagi dia akan ikut menikmati tubuhku.

“Oke Aida, Adhel ama Yungky ikut truk anak kelas C” komando Taufik. Aku sempat protes tapi mereka tidak peduli, sebagai gantinya, 4 cewek kelas C ikut truk kelas B. sepertinya mereka mau meraba-raba tubuh kami di sepanjang perjalanan nanti.

Walhasil aku sekarang duduk diantara cowok-cowok kelas C yang dengan sengaja menyentuh-nyentuh pantatku saat membantuku naik ke truk tadi. Dan dengan sengaja juga mereka mendudukkanku di sebelah Agung sambil menyorakinya. Agung memang pernah bilang ke teman-temannya kalau dia naksir aku sejak semester satu. Truk berjalan, akan makan waktu 3 jam untuk sampai di lokasi camping di Malang, aku dan Agung hanya mengobrol saja. Lalu Agung mulai memberanikan diri memegang tanganku, aku diam saja, Agung terlihat sangat kikuk. Yang lain mulai menyoraki Agung agar bertindak lebih jauh, Agung semakin bingung dan salah tingkah. Tidak sabar melihat sikap Agung, Anton, ketua kelas C yang bertubuh gemuk menghampiriku dan menarik tanganku sehingga aku berdiri.

“begini loh Gung!” ujar Anton sambil mendekap tubuhku dari belakang, tangan kanannya meremas-remas buah dadaku yang masih tertutup T-shirt. “nih, terus diginiin” katanya sambil meletakkan tangan kirinya tepat di selangkanganku, lalu mulai menggerak-gerakkan jarinya dari luar rok selututku. Tak perlu waktu lama bagi libidoku untuk naik, aku memang paling tidak tahan bila daerah selangkangku dipermainkan. Apalagi saat itu semua mata di truk memandang ke arahku, menambah sensasi tersendiri bagiku. Secara refleks mataku terpejam dan aku mengeluarkan desahan halus tanda kenikmatan. Tiba-tiba Anton menghentikan aktifitasnya dan mendorongku jatuh ke pangkuan si Agung. “tuh! Gituin! Cepetan! Yang lain juga pengin!” ujar Anton sambil kembali duduk di tempatnya.

Aku kini duduk di pangkuan Agung, penisnya yang sudah tegang terasa sekali menonjol menyentuh pantatku. Tanpa banyak bicara dia meremas payudaraku dari luar, akupun menjatuhkan tubuhku pasrah dipangkuannya. Tidak perlu waktu lama bagi tangannya untuk menelusup ke balik Kaos dan BHku, meremas dan memain-mainkan putingku yang sudah dari tadi mengeras. Aku memalingkan wajahku ke belakang dan bibir kamipun berpagutan, kecupan-kecupan berubah menjadi hisapan-hisapan sebelum akhirnya menjadi sapuan-sapuan lidah yang sangat menggebu-gebu. Tangan kanannya masih aktif dengan payudara kiriku sedang entah sejak kapan, tangan kirinya telah bermain menusuk-nusuk pamgkal pahaku yang masih tertutup celana dalam. Aku menjadi sangat horny, aku tidak tinggal diam, tangan kiriku meremas-remas tonjolan di celananya, tampaknya dia sangat menikmatinya. Aku sudah tidak tahan lagi, biasanya kalau sudah begini cowok di kelasku pasti sudah menyodorkan penisnya untuk ku oral. Tapi Agung tampak sangat polos.
“Aku isep ya?” akhirnya aku tidak tahan untuk tidak memintanya, Agung mengangguk dan melepas pelukannya, aku berdiri lalu berlutut di dekat selangkangannya, dan mulai membuka resleting celananya. Di sisi lain truk terdengar desahan keras, begitu kutoleh ternyata Adhelia dan Yungky sudah mulai dipakai bersamaan. Adhelia asal Madiun yang berwajah indo dengan badan sintal itu tersentak-sentak menerima genjotan Erik yang berkulit hitam sedang Yungky yang memang bunga kelas dengan wajah manis, tubuh langsing, kulit putih dan payudara kencang mengulum penis Dirman yang kurus tinggi sementara dibelakangnya Joko yang berbadan gemuk memompanya tanpa ampun. Aku jadi semakin horny melihatnya, maka begitu penis Agung yang lumayan panjang dan kurus itu keluar dari celananya aku segera mengocok dan memasukkannya ke dalam mulutku, kuhisap dan kukeluar-masukkan ke dalam mulutku dengan cepat, diiringi sapuan lidah dan ludahku.

“SShmmm… Owh… ennak Da isepanmu… mmhh….” Agung mengerang keenakan sambil nafasnya terus memburu. Akhirnya setelah beberapa menit mengoral, Agung berdiri dan merebahkan tubuhku di kursi.
“aku nggak tahan Da, aku pakai kamu sekarang…” ujarnya dengan nafas tak teratur sambil tangannya menggulung rokku hingga ke pinggang, dan langsung melucuti celana dalamku, dia membuka celana dan celana dalamnya, lalu membimbing penisnya ke vaginaku yg sudah lumayan basah.
“EEngghh…” erangku. Dalam hitungan detik penisnya memasuki rongga kewanitaanku yang sudah basah, tubuhku menggelinjang sambil mendesah keras, detik berikutnya, dia mengeluar-masukkan penisnya dengan berirama dan sangat cepat, membuat erangan dan desahanku semakin cepat juga.
“akh akh ukh akh a…gung.. akh aaah… ssshh…” desahku mengimbangi goyangannya yang semakin cepat.
“uuuh… Da… memekmu enak banget… ah… ah… nikmat…” ceracaunya sambil menggenjotku lebih kencang dan dalam, aku semakin menggeliat-geliat, desahanku jadi berubah menjadi sedikit berteriak. Luar biasa sekali, Agung mampu mempertahankan bahkan menambah kecepatan genjotannya dalam waktu cukup lama, kira-kira 15 menit, biasanya cowok-cowok kelasku sudah mulai tidak teratur irama genjotannya pada waktu segitu. Agung meletakkan kedua tangannya ke payudaraku yang berayun, menjadikan mereka daya tumpu genjotannya.
“Aw…akh akh akh uh akh ah ahaaa ahaa akh…” desahku semakin kencang, aku hampir saja orgasme ketika kurasa Agung menghentikan genjotannya dan melesakkan penisnya lebih dalam.
“Ahhak…akh…” desisku saat penisnya menancap sangat dalam dan memuntahkan cairan hangatnya di rahimku. Sial pikirku, padahal aku hampir saja orgasme!!.
Melihat Agung telah mencapai ejakulasi, Anton (yang ternyata dari tadi memperhatikan) bergegas menarik tubuh Agung ke belakang. “Minggir loe! Lama amat dari tadi” katanya sambil menjauhkan Agung dariku. Tanpa banyak kata Anton mendekatiku dan melepas celana serta celana jeansnya. Penisnya yang kepalanya cukup besar di pegangnya dengan tangan kanan. Anton mengangkat kedua kakiku dan meregangkannya, hingga vaginaku yang sudah bercampur dengan cairan Anton terpampang jelas. Detik berikutnya aku mengerang saat kepala penisnya mulai menjarah liang senggamaku.
“augghm… ehm…” desahku. Anton menekan terus penisnya lambat-lambat hingga seluruh batangnya menyatu dengan vaginaku. Terlihat betul dia menikmati jepitan vaginaku.
“gila… bener-bener enak… hebat kamu Da” puji Anton sambil mulai menggenjotku.
“aah…akh..akh ekhm..uukh..hhh…sshhh” ceracauku saat penisnya keluar masuk dengan cepat. “augh..ugh…ugh…” jeritanku semakin kencang, begitu pula genjotan Anton. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk kembali larut dalam permainan seks, karena tadi aku sudah hampir orgasme.
Wawan dan Satria bergerak menghampiri tubuhku yang sedang digenjot oleh Anton. Di tengah-tengah desahanku, dengan santai mereka membantuku duduk dan melepaskan T-shirtku diikuti BHku. Sementara Anton tidak menghentikan aksinya sama sekali, membuat tubuhku sedikit terlonjak-lonjak.
“kita gabung bro…” ujar Satria. “jadi lebih hot”.
Tubuhku direbahkan kembali, aku hanya menurut karena memang nafsuku sedang diujung tanduk. Sementara itu Anton semakin memasuk-masukkan penisnya semakin dalam, membuatku mengeluarkan teriakan-teriakan kecil.
Tidak lama kemudian Satria sudah menyodorkan penisnya ke mulutku dan memasukkannya. Sambil menikmati genjotan Anton, aku mengulum, menghisap, dan menyapu batang penis Satria sampai Satria mengerang-erang kenikmatan.
“Hmph! Hmph slurp slurp ehkmm… NGGGHHHH!!!!” tubuhku mengejang keras. Aku orgasme, Satria dan Anton menghentikan gerakan mereka ketika tahu aku mencapai orgasme. Setelah beberapa detik mengejang, aku kembali lemas. Anton mencabut penisnya lalu memberi isyarat pada Satria agar minggir. Begitu Satria minggir, Anton membalikkan tubuhku yang benar-benar sudah lemas, dan menarik pantatku, aku tahu yang dia inginkan, doggy style…
“Emmhh!!!…. akh!” jeritku saat penis Anton kembali menikmati vaginaku dari belakang.
Anton di belakang dan Satria di depan, dengan kedua tanganku bertumpu pada paha Satria Anton mengobok-obok vaginaku lagi. Dipegangnya pinggulku kencang, lalu digerak-gerakkannya dengan cepat, kembali jeritan-jeritan kecil keluar dari mulutku. Tapi jeritanku tidak lama, karena setelah itu, Satria yang penisnya tepat di wajahku, menarik kepalaku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.
Anton menggoyangku maju-mundur, dan itu membuat penis Satria terkocok oleh mulutku. Dan semakin kencang genjotannya, semakin cepat juga penis satria terkocok. Benar saja, tidak sampai 2 menit kemudian, Satria mencengkeram kepalaku, memasukkan penis pendeknya dalam-dalam dan mengeluarkan spermanya ke dalam tenggorokanku. Aku mencoba menelan semuanya, tapi sebagian spermanya masih menetes ke daguku. Satria mencabut penisnya dan duduk tidak jauh dengan wajah penuh kepuasan. Wawan menggantikan posisinya, sambil meremas-remas buah dadaku, dia memasukkan penisnya ke mulutku. Sementara di belakang, Anton mencengkeram dan menguatkan pegangannya pada pinggulku, membuat gerakannya semakin kencang dan dalam, Rintihan dan jeritanku tertahan oleh penis Wawan. Kemaluanku terasa perih bercampur nikmat, Anton menunggangiku dengan kasar sekali, sepertinya dia menumpahkan semua nafsu birahinya padaku.
“Dddaa…. OUUGGHH!!!!” geram Anton kemudian. Tubuhnya mengejang, dibenamkannya penisnya ke vaginaku sedalam dia mampu, dan dapat aku rasakan dia menyemburkan spermanya kedalam rahimku. Sesaat ketika Anton terdiam dan menikmati ejakulasinya, Wawan mendorong kepalaku hingga penisnya terkocok mulutku. Aku menggunakan lidahku, dan tampaknya dia keenakan.
Akhirnya Anton mencabut penisnya, sebuah erangan tertahan keluar dari bibirku (yang disumpal dengan penis Wawan) saat kepala penisnya lepas dari vaginaku.
“Dasar pelacur!” katanya sambil memukul pantatku, aku sudah tidak peduli lagi, kata-kata itu sudah sering aku dengar.
Wawan mencabut penisnya, menekan pinggulku dan memasukkan penisnya ke vaginaku, masih dalam doggy style. Aku sendiri sudah sangat lemas, tubuhku aku biarkan terkulai di bangku truk, sementara Wawan terus menunggangiku, mencari kenikmatannya sendiri. Desahan dan desisanku sudah sangat lemas, meski masih jelas terdengar. Permainan Wawan cenderung tidak beraturan sehingga aku tidak bisa menikmatinya. Vaginaku mulai mongering, rasa pedih mulai menjalari vaginaku. Wawan semakin kencang menggejotku, kini penisnya benar-benar menggesek dinding vaginaku yang kering dan menyempit.

“oohh… mantap.. sempit banget… hh..hhh…” desahnya sambil menyenggamaiku.
Tidak berapa lama dia mencabut penisnya dan buru-buru mendekkatkan ke wajahku.
Wawan menumpahkan spermanya diwajahku, bukan mulutku, tapi wajahku, sehingga wajah cantikku jadi belepotan terkena spermanya. Cairan kental itu berceceran di hidung, pipi dan mataku. Setelah mengeluarkan semua spermanya, dia menggesek-gesekkan penisnya ke bibirku. Dan sebelum pergi, Wawan meremas payudaraku kencang sekali sampai aku meringis kesakitan. Aku lemas dan tebaring beberapa saat, sebelum akhirnya aku memaksakan diri mengambil tissue basah di tasku, lalu membersihkan sperma Wawan di wajahku, dan juga di kemaluanku. Setelah itu, aku mengenakan pakaian lengkapku lagi. Di sepanjang sisa jalan, aku diapit oleh tiga orang, Rio, Aris dan Nanang, Rio menarikku dipangkuannya dan menikmati payudaraku dari luar, sampai pakaian yang aku kenakan jadi kusut. Sementara Aris dan Nanang bergantian memacu penisnya dimulutku. Mereka tidak menunggangiku karena waktu yang tidak memungkinkan. Hanya Nanang yang sempat berejakulasi di dalam mulutku, Aris tidak. Setengah jam kemudian kami tiba di bumi perkemahan Malang, tempat pesta seks kami berikutnya.
*************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar